Bagi
sebagian orang, ibu mertua adalah sosok wanita yang sangat bawel dan banyak
maunya, inilah…itulah….sampai-sampai urusan rumah tangga kita di bawah
kendalinya, tak heran jika beberapa orang dari teman-temanku tidak cocok dengan ibu mertua mereka, karena
beda argumen. Baik untuk ibu mertua belum tentu baik untuk kita. Namun, tidak
semua ibu mertua seperti itu, sebagian lagi beranggapan ibu mertua adalah
wanita yang penuh perhatian dan kasih sayang. Apalagi jika ibu mertua kita
termasuk orang berduit, pasti semua kebutuhan kita akan dipenuhinya lebih-lebih
jika menyangkut kebutuhan dari sang cucu, mungkin saja sebagai seorang ibu kita
hanya terima beres. Lama-lama, justru kita yang ga enak hati sama ibu mertua
jika semua kebutuhan harus dipenuhinya. Ya…itu sebagian kecil cerita tentang
sosok seorang ibu mertua.
Tau ga sih, Kadang
aku iri bahkan menangis dalam hati jika teman-temanku menceritakan kebaikan ibu
mertua mereka. Kemana-mana selalu bersama, apalagi kalau punya selera yang sama,
jika tinggal berlainan kota selalu mendapat kiriman khusus dari ibu mertua
mereka. Namun itu bagi mereka, tapi bagiku…… aku tidak pernah tau bagaimana
sosok ibu mertuaku, ibu dari suamiku, bahkan aku tidak pernah tau bagaimana
raut wajahnya yang sebenarnya. Aku rindu dengan hangat sentuhan tangannya atau lezat
masakannya. Aku rindu mendengar suara ibu mertuaku, sekalipun itu hanya berupa
omelan. Aku juga rindu dengan suara merdu ibu mertuaku yang sekali-kali
menelepon dan menanyakan tentang keadaan kami, terutama cucu-cucunya. Ya…jika
ibu mertuaku masih hidup mungkin ia akan bahagia melihat cucu-cucunya saat ini
telah beranjak dewasa.
Ibu mertuaku
bernama Kunnu, nama yang singkat, sesingkat usianya. Lahir di Enrekang,
Sulawesi selatan. Menurut suamiku wajahnya mirip dengan ibuku. Ia telah lama
menghadap sang khalik, bahkan kepergiannya terlalu cepat, ketika itu suamiku
masih berusia 8 tahun, usia yang masih
sangat membutuhkan belaian dan kasih sayang seorang ibu. Ibu mertuaku adalah
seorang penjahit, karena lelah menerima jahitan yang banyak, ibu jadi sakit,
hingga meninggal dunia.
Bercerita
tentang kenangan masa kecil suamiku bersama sang ibu, adalah hal yang sangat
menyedihkan baginya, tak banyak kisah
yang terukir, karena memang kebersamaan mereka begitu singkat. Kadang matanya
berkaca-kaca ditengah ceritanya. Masa-masa pertama kehilangan seorang ibu
adalah masa terberat bagi ia dan saudara-saudaranya. Suamiku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak mertuaku saat itu
sebagai petani, pekerjaannnya mengharuskan ia turun ke sawah lebih awal,
selesai shalat subuh, dan pulang menjelang magrib.Tentu saja keadaan ini
sedikit memaksa suamiku dan saudaranya untuk belajar mandiri, belajar untuk
menjadi pribadi yang dewasa, meskipun tidak sesuai dengan porsi usianya.
Teringat, ketika
kami menikah, suamiku saat itu sangat terharu tanpa didampingi oleh sosok seorang ibu. Untungnya
bapak mertuaku dan adik kandung ibu mertuaku berkesempatan hadir, malam harinya
ia menangis sambil menyebut-nyebut nama “ibu”. Akupun jadi ikut terharu, kami
berdua menangis bersama. Beberapa tahun setelah pernikahan, suami membawaku bersilaturahmi
dengan keluarga dikampungnya, tidak lupa kami berziarah kemakam ibu mertuaku.
Aku hanya bisa tertunduk sedih. Doa selalu kami panjatkan untuknya. Aku yakin
ia adalah seorang ibu yang baik dan saat ini berada di surga. Setiap selesai
shalat berjamaah aku dan suamiku selalu mengirimkan doa untuknya. Semoga lebaran
tahun ini kami sekeluarga diberi kesempatan dan kesehatan untuk dapat berziarah
dimakam ibu.Tak ada cerita tentang kebersamaanku dengannya, aku hanya berharap
dapat bertemu dengannya didalam mimpiku, mengusap rambutku dan membelai kepala anak-anakku,
cucunya.
Terpaku dalam sebuah
tafakur
Terisak dalam tetesan
airmata
Ada sebait doa yang
senantiasa ku kirim untukmu
Meski aku tak pernah
mengenalmu
Meski aku tak pernah
merasakan sentuhan tangan halusmu
Namun hadirmu
senantiasa kurindukan dalam mimpiku……
Ibu………..
Mengingatmu adalah duka
bagi anakmu
Bagiku dan bagi
cucu-cucumu
Hadirmu bak fatamorgana
Bayangmu ada namun tak
jelas
Jangankan memelukmu
Menggapaimu-pun aku tak
bisa…
Ibu….
Terbaringlah dengan
bahagia
Dalam tidur panjangmu
Aku dan anakmu akan
selalu mengirimkan doa untukmu…..